“I Think, I Love You(Sequel “Love?”)”
-1shoot-
Author : RSalsabilaR
Genre : Romance - School Life - Friendship
Main Casts :
- Hwa Seulrin (OC)
- Byun Baekhyun (EXO)
Support Casts :
- Choi Sungyoung (OC)
- Lee Taemin (SHINee)
Length : Twoshoot
Rate : General
Warning : CERITA PASARAN!
A/n
: ff ini murni dari pemikiran author. Ga plagiat kesiapa-siapa. Kalau
memang ada kesamaan cerita, itu hanya kebetulan. Karena cerita di ff ini
bisa dibilang p-a-s-a-r-a-n. Terus, ff ini juga rada panjang. Makanya
author jadiin twoshoot. Terus judul ff ini sama sekali ga nyambung sama
ceritanya deh kayanya. Soalnya aku selalu susah nentuin judul ff. Hehe.
Oh ya, gomawo buat Christy eonni yang udh mau nge-post ff aku di blognya. Wkwk~
Copyrighted. ©RSalsabilaR 2012. All right reserved
***
—Author‘ POV
BRAKK!!!
Suara
debaman pintu kelas yang dibuka dengan sangat keras, membuat
Seulrin—yang sedang membaca buku Pengatahuan Sosialnya—menoleh ke arah
pintu. Didapatinya sosok Sungyoung dengan wajah kusutnya. Sepertinya
hanya ia yang menyadari kedatangan Sungyoung. Teman sekelas yang lain
sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri.
“Kau kenapa?” Tanya Seulrin.
Sungyoung menarik sebuah bangku di depan Seulrin lalu mendudukan bokongnya, “Taemin, dia benar-benar menyebalkan!” Gerutunya.
Seulrin memutar bola matanya, “Kalian Bertengkar? Lagi?”
Sungyoung menganggukan kepalanya, pelan.
Oke,
Belum genap sebulan Sungyoung berpacaran dengan Taemin, Tapi mereka
sudah sangat-sangat sering bertengkar. Semua masalahnya hanya karena hal
sepele. Yah, memang sih dari sebelum pacaran saja, mereka sudah sering
bertengkar. Dan sudah pasti Seulrinlah yang membantu mereka
menyelesaikan masalahnya.
Kali ini, Seulrin sama sekali
tidak berniat menanyakan hal yang membuat mereka kembali bertengkar.
Karena sudah pasti karena hal sepele. Itu sudah tidak perlu
dipertanyakan lagi oleh Seulrin.
Pandangan Seulrin sekarang
sudah kembali ke arah buku pengetahuan sosialnya. Yeoja itu sudah
sangat-sangat bosan dengan pertengkaran antara Sungyoung dan Taemin.
“Rin~~” Panggil Sungyoung.
Seulrin
sama sekali tidak mempedulikan panggilan Sungyoung. Yeoja itu masih
sibuk membaca bukunya atau lebih tepatnya berusaha menyibukan dirinya.
“Rin-ah~~” Panggil Sungyoung, Lagi.
Seulrin
tau. Sangat tau. Panggilan seperti itu pasti akan berujung kepada
permintaan Sungyoung. Permintaan tolong agar ia dan Taemin dapat
berbaikan.
“Hwa Seulrin~”
Untuk kali ini saja,
Seulrin memohon. Seulrin memohon agar Sungyoung tidak meminta dirinya
untuk membantunya. Hal itu terlalu membuat hatinya sakit. Sangat sakit.
Untuk kali ini, Seulrin sudah tidak bisa menahannya.
Tidak
akan ada yang tau selain dirinya, bahwa selama ini, Seulrin selalu
menahan rasa sakit dan berusaha sabar. Benar. Seulrin masih sangat
menyukai Taemin. Sekali pun Taemin sudah menjadi Namjachingu Sungyoung.
“Maaf
Sung, kali ini aku tidak bisa membantumu. Sekali saja kalian berbaikan
tanpa bantuan dariku, bisa?” Tanya Seulrin, Akhirnya. Pandangan Seulrin
masih tetap pada bukunya.
Belum sempat Sungyoung menjawab
pertanyaan dari Seulrin, pintu kelas kembali terbuka. Kali ini, sosok
Taeminlah yang muncul. Sama dengan halnya Sungyoung, Taemin pun datang
dengan wajah kusut. Namja itu sempat mendelik ke arah Sungyoung sebelum
ia duduk di bangku miliknya.
“Ya! Ya! Rin, Taemin sudah
datang! Kalau kau tak membantuku, bukannya berbaikan, kami pasti malah
tambah bertengkar! Soalnya sikap kami sama-sama keras kepala!” Ujar
Sungyoung memohon sambil memasang puppy eyesnya.
Seulrin
menghela nafasnya panjang. Yeoja itu menutup buku pengetahuan sosialnya
lalu memasukannya ke dalam tas. “Kali ini saja, Kau harus bisa
menyelesaikan masalahmu sendiri. Oke?”
Sungyoung sedikit
mengerutkan keningnya karena sikap Seulrin yang sedikit berbeda dari
biasanya, “Sepertinya kau sedang badmood ya, Rin?” Tanya Sungyoung.
“Bisa
dibilang begitu.” Jawab Seulrin sambil tersenyum tipis. “Ah, Aku baru
ingat kalau aku dipanggil Wan Woo Seonsaengnim. Aku ke ruang guru, ne?”
“Ng, Ne. Kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku.”
“Ne.
Gomawo, Sung.” Ucapnya, sambil pergi meninggalkaan kelas dan Sungyoung
yang masih sedikit bingung dengan sikap Sungyoung barusan.
***
Bohong
besar kalau Seulrin bilang pada Sungyoung kalau ia pergi ke ruang guru
untuk menemui Wan Woo Seonsangnim. Buktinya, kini ia berada di atap
sekolah. Yeoja itu menyandarkan punggungnya pada tembok. Well, ini
adalah kali pertama untuk Seulrin berdiam diri di atap sekolah.
“Huufffttt..”
Seulrin
kembali menghela nafasnya panjang. Seulrin sudah berusaha menahan rasa
sakitnya dari dulu. Lebih tepatnya saat mengetahui bahwa Sungyoung dan
Taemin saling menyukai.
Selama itu, ia bisa menahan semuanya
dengan cara selalu tersenyum pada dua orang itu saat mereka sedang
bersama. Tapi kenapa kali ini ia tidak bisa menahannya? Apa sudah
mencapai batasnya ia bisa bersabar menahan sakit dihatinya?
Yeoja
itu kini bingung pada dirinya sendiri. Hey, bukan tindakan salah kan
jika ia merelakan orang yang ia sukai pada sahabatnya sendiri, kan? Toh,
mereka juga saling menyukai. Tidak seperti dirinya yang bertepuk
sebelah tangan.
Melupakannya? Itu bukanlah hal mudah! Seulrin
selalu berusaha untuk melupakan namja itu, tapi, itu sangat sulit
baginya. Apalagi, ia memang sering berada di dekat namja itu. Sudah
pasti sangat sulit.
Tuk.
“Eh?”
Seulrin
tersadar dari lamunannya saat merasakan sebuah benda dingin menyentuh
kulit pipi kanannya. Yeoja itu spontan menoleh ke arah kanannya.
Didapatinya seorang namja dengan ekspresi datar tengah menyodorkan
sekaleng minuman kaleng dingin padanya.
“Kau?”
“Tidak baik melamun di atap sekolah.” Ujar orang itu dengan nada datar.
“Yayaya, Terserah.” Tanggap Seulrin, sedikit acuh.
“Jadi kau menolak minuman dariku?” Tanya orang itu, masih dengan nada datarnya.
“Eh? Minuman ini untukku?”
Namja itu memutar bola matanya, “Ne. Kau pikir disini ada orang lain selain kita?”
“Ahh, Ne. Gomawo Baekhyun-ssi.” Ucap Seulrin, Akhirnya.
Seulrin langsung mengambil minuman kaleng yang masih berada ditangan namja itu dengan sedikit ragu.
Namja
bernama Baekhyun itu langsung duduk di ubin sebelah Seulrin. Tangannya
meraih sebuah iPod yang berada di kantung celana sekolah miliknya dan
langsung memasang earphonenya ke telinga.
“Kau sengaja
membelikan minuman untukku?” Tanya Seulrin, sambil berusaha membuka
penutup minuman kaleng yang baru ia terima dari Baekhyun tersebut.
“Jangan
terlalu percaya diri, Hwa Seulrin.” Ujarnya mencibir. “Tadinya minuman
itu untukku. Tapi saat aku kesini, aku melihatmu sedang melamun. Jadi
kuberikan saja untukmu.”
“Oh..” Tanggap Seulrin, “Ngomong-ngomong, kau sering ke atap sekolah?” Tanyanya lagi.
“Ne.” Jawab Baekhyun, datar.
Mendengar
jawaban Baekhyun yang sangat datar, Seulrin tidak berniat lagi mengajak
namja yang duduk disebelahnya itu untuk berbicara. Berapa kali pun
Seulrin mengajukan pertanyaan, seorang Byun Baekhyun pasti akan
menjawabnya dengan nada datar.
Seulrin sedikit tidak habis
pikir dengan Taemin. Bagaimana mungkin Taemin bisa tahan dengan namja
dingin seperti Baekhyun? Well, Baekhyun adalah sahabat Taemin dan
Setaunya, Baekhyun mau sedikit banyak bicara hanya pada Taemin.
Drrrtt.. Drrrtt..
Seulrin
meletakan minuman kalengnya saat merasakan ponselnya bergetar dari
balik saku seragamnya. Pertanda ada pesan masuk. Tanpa banyak bicara,
yeoja itu langsung meraih ponselnya lalu membuka pesan masuk tersebut.
From : Sung~Young
Rin-ahh!
Aku sudah baikan dengan Taemin^^
Bukan dengan usaha sendiri sih, aku dibantu oleh Hyosun.
Kkk~~
Lain kali aku akan berusaha tidak bertengkar dengan Taemin.
Tadi saja aku bertengkar dengannya hanya karena es krim ><
Oh dan,
Aku harap mood-mu sudah membaik sekarang =D
Sedikit
rasa sakit kembali muncul dihati Seulrin saat melihat isi pesan itu.
Bisakah untuk hari ini saja, Sungyoung tidak menyebutkan nama Taemin
padanya?
Eh? Kenapa sekarang ia terkesan tidak suka dengan
hubungan Taemin dan Sungyoung? Harusnya dirinya senang jika dua orang
yang ia sayangin juga senang, kan?
“Berhentilah melamun Hwa Seulrin.”
Sebuah
ucapan dengan nada datar kembali sukses membuat Seulrin tersadar dari
lamunannya. Yeoja itu melirik ke arah Baekhyun yang kini tengah
memainkan PSP miliknya. Seulrin lupa bahwa sekarang ia tidak sendirian.
Seulrin mendengus pelan. “Itu bukan urusanmu Byun Baekhyun.” Tuturnya, sangat pelan.
Walau
pelan, Baekhyun dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh
Seulrin. Namja itu melirik ke arah Seulrin, dilihatnya yeoja itu kini
tengah meminum minuman kaleng darinya.
“Apa aku bodoh, ya?”
Tanya Seulrin, pada dirinya sendiri. Sepertinya yeoja itu kembali lupa
bahwa sekarang ia tidak sedang sendirian.
“Kau memang bodoh.” Jawab Baekhyun dengan nada dan ekspresi datarnya.
Seulrin membelakan matanya saat mendengar ucapan datar itu kembali. Sekarang ia kembali ingat, bahwa ia tidak sendirian.
“Ya! Apa-apaan kau mengatakan aku ini bodoh?!”
Baekhyun
memutar bola matanya malas, “Tadi kau sendiri yang bertanya, kan? Ya
aku jawab saja.” Tuturnya, masih dengan nada datar khasnya.
“Baiklah. Terserah kau. Aku sedang malas berdebat dengan siapa pun.” Ucap Seulrin, pasrah.
Baekhyun
sedikit melirik ke arah Seulrin dengan pandangan yang masih terarah
pada PSPnya, namja itu memperhatikan gerak-gerik Seulrin yang kini
tengah meminum kembali minuman kalengnya.
“Kau menyukai Taemin?”
“UHUKK! UHUKK!”
Baekhyun
menghentikan acara bermain PSPnya dan langsung menoleh pada Seulrin dan
sudah pasti suara tersedak barusan berasal dari Seulrin yang kini
tengah menepuk-nepuk dadanya sendiri. Melihat reaksi dari Seulrin, namja
itu sangat yakin bahwa tebakannya tidak meleset.
“Ya! Apa yang kau bicarakan, hah?!” Sungut Seulrin, kesal.
“Kau menyukai Taemin?” Tanya Baekhyun, lagi.
“Apa maksudmu? Aku tak mungkin menyukai Taemin! Dia itu namjachingu Sungyoung!” Jawab Seulrin, sedikit ketus.
Baekhyun
menatap Seulrin dengan pandangan datarnya, “Hwa Seulrin, Kau tidak akan
bisa berbohong padaku. Kau pikir aku ini bodoh sepertimu?”
Bah..
Seulrin terdiam. Sama sekali tidak mampu membalas perkataan Baekhyun.
Bagaimana Baekhyun bisa tau hal itu? Bukankah selama ini ia tidak pernah
memberi tahu soal perasaannya pada Taemin pada siapa pun?
“Walau
pun kau bisa menutupi perasaanmu itu di depan Sungyoung dan yang
lainnya, aku bisa tau perasaanmu pada Taemin.” Ujar baekhyun, “Terlihat
jelas dari matamu. Aku memang tidak memperhatikanmu, tapi beberapa kali
aku melihat matamu menunjukan perasaan sakit setiap kali Sungyoung
bercerita soal Taemin.”
“Kau memendam perasaan sakitmu
sendiri tanpa menceritakannya pada siapa pun. Hal itu membuat rasa
sakitmu menjadi berkali-kali lipat.” Lanjut Baekhyun.
Seulrin
kini tercengang. Bukan hanya karena Baekhyun yang terkenal dengan sikap
dinginnya bisa berbicara sebanyak itu padanya. Tapi, Kenapa? kenapa,
Baekhyun bisa tau? Padahal selama ini ia selalu berusaha agar tidak ada
tau pun orang bisa mengetahui perasaannya. Dan, Baekhyun bisa tau
perasaannya hanya dengan melihat matanya. Yah, Walaupun Baekhyun
mengatakan itu semua masih dengan nada datarnya.
Baekhyun
mengalihkan pandanganya dari Seulrin. kini ia bingung. Kenapa dirinya
bisa berbicara sebanyak itu pada Seulrin? Kalau dipikir-pikir, mungkin
ini adalah pertama kalinya ia berbicara sebanyak itu pada seseorang di
sekolah. Selain Taemin tentunya.
“Sekarang.. Aku takut.” Ucap Seulrin, sangat-sangat pelan.
Baekhyun kembali menoleh pada Seulrin.
“Aku takut.. Takut Karena perasaan ini, aku akan menghancurkan hubungan mereka.” Lanjut Seulrin, hampir seperti berbisik.
Tapi, suara bisikan itu masih dapat didengar kembali oleh Baekhyun.
Terlalu
banyak pertanyaan yang muncul diotaknya. Yeoja itu menundukan
kepalanya, manatap lantai atap. Takut? Ya. Yeoja itu takut, perasaan
sukanya itu, menimbulkan rasa ingin menghancurkan hubungan dua orang
yang ia sayangi itu.
Setelah mengucapkan kata-kata itu,
Seulrin benar-benar bingung sekarang. Seulrin bukanlah tipe orang yang
mudah percaya pada seseorang. Tapi kenapa dia bisa dengan mudahnya
mengatakan hal itu pada Baekhyun yang notabenya tidak dekat dengannya?
Diam.
Kini dua orang itu hanya terdiam. Membiarkan semilir-semilir angin di
atap sekolah menerpa wajah mereka. Baekhyun hanya memandang datar
Seulrin. Sedangkan Seulrin, yeoja itu masih menundukan kepalanya.
KRING!!!
Bel
pertanda dimulainya kembali pelajaran menggema di seluruh penjuru
sekolah. Baekhyun langsung berdiri dari posisi duduknya. Namja itu
memandang Seulrin yang masih duduk dan menundukan kepalanya. Tidak ada
tanda-tanda bahwa yeoja itu akan berdiri.
“Kau tidak akan ke kelas?” Tanyanya.
Seulrin menggelengkan kepalanya, masih dengan posisi kepala menunduk.
“Baiklah.
Aku akan bilang pada guru kalau kondisi badanmu sedang tidak baik dan
kau sedang berada di UKS.” Ujar Baekhyun, langsung pergi meninggalkan
atap tanpa menunggu jawaban dari Seulrin.
Seulrin mulai mengangkat kepalanya saat sudah yakin bahwa Baekhyun sudah pergi. Kini, muncul lagi satu pertanyaan di otaknya.
Kenapa Baekhyun bisa sebaik itu padanya?
***
Baekhyun
membuka pintu kelasnya perlahan. Ribut. Itulah suasana kelasnya saat
ini. Rupanya Jung Seonsaengnim—Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SM Senior
High School—belum datang. Pantas saja kelasnya masih ribut seperti ini.
Baekhyun
mengahampiri tempat duduknya. Kejadian di atap barusan benar-benar
membuatnya bingung. Oke, Walaupun Baekhyun adalah namja yang dingin,
tapi ia jelas masih punya hati. Tapi bukan berarti Baekhyun bisa berbaik
hati pada semua orang. Ia hanya bisa berbaik hati pada orang yang
benar-benar ia percaya.
Pertanyaannya adalah: Kenapa ia bisa
sepeduli itu pada Seulrin? Hubungannya dengan Seulrin 'kan hanya
sekedar kenal dan mereka pun tidak pernah saling bercakap di kelas. Itu
berarti, Barusan adalah kali pertama mereka bercakap-cakap.
“Ya? Kenapa Seulrin belum juga kembali ke kelas?”
Baekhyun
sedikit menoleh pada pemilik suara barusan. Benar. Sudah pasti itu
suara milik Sungyoung yang kini nampak sedang memandangi layar
ponselnya. Sungyoung duduk tepat disampingnya, sudah pasti suara yeoja
itu terdengar jelas oleh Baekhyun.
“Apa dia mau bolos ya? Pesanku juga tidak dibalas. Seburuk itu kah moodnya saat ini?” Ucap Sungyoung, Lagi.
Taemin
yang saat itu akan menghampiri Baekhyun, tentu mendengar juga ucapan
Sungyoung. “Setauku, seburuk apapun mood anak itu, dia tidak pernah
sampai tidak membalas pesan. Apalagi sampai membolos.” Timbrungnya.
“Ng,
tapi, kulihat Moodnya memang agak jelek akhir-akhir ini. Aku sering
melihatnya murung atau melamun.” Tambah Hyosun—teman sebangku Sungyoung.
“Memang sih.” Ucap Sungyoung dan Taemin bersamaan.
Taemin—yang
tadinya akan menghampiri Baekhyun tapi malah menimbrung obrolan
Sungyoung—kembali menghampiri Baekhyun. Namja itu langsung duduk di
bangkunya yang memang sebangku dengan Baekhyun.
“Baekki, apa kau melihat Seulrin?”
“Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu, Lee Taemin.” Ujarnya, dingin.
Bukannya
merasa takut atau semacamnya, Taemin justru terkekeh pelan, “Baiklah.
Baekhyun-ah, apa kau melihat Hwa Seulrin? Eh tunggu, untuk apa coba aku
bertanya padamu? Mana mungkin kau tau kemana anak itu.” Bingungnya.
“Dia sedang berada di UKS. Kondisi tubuhnya sedang buruk.” Jawab Baekhyun, dengan ekspresi datar.
Mendegar
itu, Sungyoung langsung menghampiri Bangku Baekhyun. Sedikit heran
juga, kenapa Baekhyun bisa tau keberadaan Seulrin sedangkan dirinya
tidak. Begitu pula dengan Taemin. Bukankah sahabatnya itu tipe orang
yang tidak pedulian?
“Bagaimana kau bisa tau?” Tanya Taemin dan Sungyoung, kembali bersamaan.
“Tadi
aku bertemu dengannya di koridor sekolah. Ia meminta tolong padaku
untuk memberitahu pada guru bahwa ia sedang sakit.” Jelasnya, singkat
dan pastinya bohong.
“Aih, kenapa anak itu tidak bilang padaku?” Gerutu Sungyoung, khawatir.
Tanpa
banyak ba-bi-bu, Sungyoung bergegas pergi dari kelasnya itu menuju UKS.
Diikuti oleh Taemin. Baekhyun sedikit bingung juga. Bagaimana kalau dua
orang itu ke UKS tapi ternyata Seulrin tidak ada disana? Karena
jelas-jelas Seulrin berada di Atap sekolah.
Baru saja, Sungyoung membuka pintu kelasnya, Nampaklah sosok Jung Seonsangnim sudah berada tapat dihadapannya.
***
KRIING!!!
Bunyi
bel tanda berakhirnya pelajaran terdengar hampir ke seluruh pelosok
sekolah. Termasuk ruang UKS yang kini sangatlah sepi. Hanya ada seorang
yeoja yang sama sekali tak terusik oleh bel sekolah disana. Yeoja itu
kini tengah duduk di salah satu kasur UKS.
Seulrin memandangi
layar ponselnya. Dua pesan masuk. Dua dari Sungyoung dan satu dari
Taemin. Yeoja itu sama sekali tidak memiliki niat untuk membuka isi-isi
pesan tersebut.
“Bodoh.”
Seulrin tersentak kaget
saat mendengar sebuah suara datar tersebut. Tanpa banyak basa-basi,
yeoja itu langsung menoleh kearah pintu UKS—karena ia yakin suara itu
berasal dari sana.
Buk!
Baru saja Seulrin menoleh, sebuah benda yang diyakini Seulrin adalah tas miliknya, Mendarat dengan sempurna tepat diwajahnya.
“Ya!
Apa-apaan kau, Byun Baekhyun?!” Pekik Seulrin, kesal. Bagaimana tidak
kesal? Namja itu sudah mengatakan dirinya bodoh dan sekarang ia
melemparkan tas miliknya tepat ke wajahnya.
“Kau tau? Kau
sangat menyusahkan. Kenapa kau malah diam terus disini bukannya
mengambil tasmu? Dan parahnya, tadi aku mencarimu ke atap.” Omel
Baekhyun, dengan nada yang sangat dingin.
“Aku kan tidak memintamu untuk membawakan tasku? Kenapa kau malah membawakannya!?” Sungut Seulrin, tidak mau kalah.
Baekhyun merdecak kesal, “Kalau tidak dipaksa sahabatmu itu, aku tidak mungkin membawakan tasmu, babo!”
Seulrin mengkerutkan alisnya, bingung. “Maksudmu Sungyoung?” Tanyanya.
“Memangnya siapa lagi?”
“Lalu
sekarang dia kemana?” Bukannya menjawab pertanyaan Baekhyun, Seulrin
malah balik bertanya. Yeoja itu sedikit bingung. Kenapa tidak Sungyoung
saja yang mengantarkan tasnya? Apa sahabatnyya itu tidak mau pulang
bersamanya? Kenapa juga ia malah menyuruh Baekhyun.
“Dia
pergi dengan Taemin. Katanya sih, mau pergi ke Lotte World.” Jawabnya,
sambil duduk disalah satu kursi yang berada di ruang itu.
Seulrin
terdiam. Hatinya kembali terasa sakit. Se-nomor satu itukah Taemin
sampai dirinya yang sudah menjadi Sahabat Sungyoung sejak kecil tidak
dijenguk sama sekali? Oke, Seulrin memang tidak sakit. Ia hanyaa
pura-pura sakit agar tidak mengikuti pelajaran. Tapi, setidaknya
Sungyoung menjenguknya, kan? Terlebih lagi mereka pulang sekolah
bersama.
Cemburu. Benar. Kini Seulrin mengakui bahwa dirinya
cemburu pada dua orang itu. Tidak ada yang bisa ia bantah lagi. Bukan
hanya karena orang yang ia sukai telah menjadi namjachingu sahabatnya
saja. Tapi kini, sahabatnya itu, lebih mementingkan Taemin dari pada
dirinya.
“Aku yang mengatakan padanya bahwa kau sakit. Karena
itulah aku yang disuruh olehnya untuk mengatarkan tasmu.” Lanjutnya,
dengan nada yang sudah pastinya datar.
Merasa ucapannya tidak
ditanggapi oleh Seulrin, Baekhyun menoleh pada yeoja itu. Kini, Seulrin
tengah menundukan kepalanya, menatap lantai ruang UKS sambil
mengayun-ngayunkan kakinya hingga sesekali menyentuh besi kasur UKS.
(Ngerti ga? Susah ngejelasinnya -_-)
Kini Baekhyun diliputi
rasa bersalah. Tidak seharusnya ia menceritakan alasan sebenarnya
Sungyoung tidak mengantarkan tas milik Seulrin sendiri. Berbohong demi
kebaikan tidak apa, kan?
“Mianhae.” Ucap Baekhyun.
Seulrin mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Baekhyun bingung. “Untuk apa?”
Baekhyun terdiam. Kenapa ia bisa sepeduli ini pada yeoja dihadapannya ini? Kenapa?
“Baekhyun-ssi?” Tanya Seulrin, lagi.
Baekhyun
tersadar dari lamunannya, “Ani.” Ucapnya, dengan nada datarnya. “Aku
pulang duluan.” Baekhyun bangun dari posisi duduknya dan langsung
meninggalkan Seulrin sendirian di ruang UKS.
Seiring dengan
kepergian namja dingin itu, Bayangan sosok Sungyoung dan Taemin kembali
muncul di benaknya. Seulrin mengacak rambutnya, kesal dan frustasi.
“Tuhan.. Tolong bantu aku melupakan Taemin. Aku tak mau, perasaan ini merusak hubungan Sungyoung dan Taemin.”
***
Seminggu
setelah kejadian itu, Seulrin lebih sering sendirian. Yeoja itu selalu
menghindari Taemin dan Sungyoung. Beberapa kali dua orang itu mengajak
Seulrin untuk main bersama, tapi, Seulrin selalu menolaknya dengan
berbagai alasan.
Dan, tentu saja alasan yang seulrin
lontarkan kepada Sungyoung dan Taemin adalah kebohongan. Karena alasan
sebenarnya sudah pasti, ia tak mau rasa sakitnya makin melebar dengan
melihat dua orang itu bersama. Well, walaupun ia diajak, sudah pasti ia
akan berjalan sendiri dan dibelakang. Terbukti dengan jarangnya ia
melihat dua orang itu, rasa sakitnya jarang muncul.
“Kau tau,
dua orang itu bingung dengan sikapmu sekarang yang selalu menghindari
mereka.” Ucap Baekhyun, yang pasti dengan nada datar khasnya. Namja itu
kini tengah sibuk dengan novel yang ia baca.
Seulrin yang tengah membaca sebuah buku ensiklopedia, menoleh ke arah Baekhyun. “Biarlah.” Ucapnya seraya tersenyum tipis.
Well,
Sejak kejadian itu juga, Seulrin dan Baekhyun sering menghabiskan waktu
mereka berdua di sekolah. Itu jelas bukan kemauan Baekhyun. Karena
Baekhyun lebih suka sendirian. Tapi, Seulrin selalu mendekatinya karena,
hanya Baekhyunlah yang tau soal perasaannya saat ini.
“Huh, tapi kau menyusahkanku.” Ujarnya, dingin.
“Ya!
Apa kau tidak punya ekpresi dan nada selain dingin dan datar?” Aku
sudah bosan melihatmu selalu berbicara dengan ekpresi yang itu-itu
saja.” Omel Seulrin.
Memang. Walaupun sudah cukup banyak
Seulrin dan Baekhyun saling bercakap, Tapi ekspresi Baekhyun selalu
datar atau dingin. Pernah sih, namja dingin itu tersenyum, tapi itu pun
hanya senyum mengejek. Dan mungkin ekspresi lainnya hanyalah ekpresi
kesal.
“Kau benar-benar berisik, Hwa Seulrin!” Tukas Baekhyun, dengan pandangan yang tidak lepas dari novelnya itu.
Seulrin
mempoutkan bibirnya kesal. Tak ada niatan untuk membalas ucapan
Baekhyun barusan. Mungkin Baekhyun memang terlahir hanya dengan ekpresi
yang itu-itu saja. Itulah yang ada dipikiran Seulrin.
Entah
kenapa, walaupun Baekhyun selalu bersikap dingin padanya, Seulrin selalu
merasa nyaman bila berada di dekat Baekhyun. Dan, setiap ia berada di
dekat namja dingin itu, bayangan Taemin seakan lenyap dan tak pernah
muncul.
***
“Lepaskan bola itu, Taemin!”
“Mwo? Aku lebih dulu mengambil bola ini dari pada kau!”
“Aku yang lebih dulu! Cepat berikan bola itu!”
“Tidak! Kau ambil saja bola basket yang lain! Lihat, bola basket sekolah kita kan masih banyak!”
“Tapi aku maunya yang ini!”
“Aku juga maunya yang ini!”
“Sebaiknya kau mengalah padaku, Lee Taemin!”
“Tidak akan pernah Choi, Sungyoung!”
Semua
siswa yang saat itu tengah berada di lapangan menggeleng-gelengkan
kepala mereka melihat tingkah couple yang tidak pernah akur itu. Saat
ini, pelajaran olahraga dan Choi Seonsaengnim tidak ada karena guru itu
ada urusan mendadak. Jadi, Seluruh siswa kelas 8-B bebas melakukan
olahraga apapun.
Dan kini, Sungyoung dan Taemin sedang
berebut sebuah bola basket. Padahal jelas-jelas bola basket masih ada
sangat banyak. Tapi mereka memperebutkan sebuah bola basket dengan
alasan yang tidak jelas.
“Ng, lebih adil, jika kalian berdua
tidak menggunakan bola ini dan mencari yang lain.” Ucap Hyosung,
berusaha melerai couple itu.
Kedua orang itu menoleh
bersamaan, “TAPI AKU MAUNYA BOLA YANG INI, HYOSUN-AH!” Jawab mereka
berdua serempak dan langsung kembali melanjutkan aktifitas adu mulut
mereka sambil saling melemparkan batu-batu kerikil yang entah dimana.
Kalian tanya kemana bola yang mereka perebutkan? Kini bolanya hanya
tergelak dilapangan.
Hyosun tercengang. Yeoja itu langsung
mengurungkan niatnya untuk kembali melerai dua orang itu. Sudah pasti
akan sulit. Membuat dua orang itu akur karena masalah seminggu yang lalu
saja sangat sulit.
Sedangkan teman sekelas yang lainnya
hanya tertawa-tawa. Termasuk Seulrin. Ah, tentu saja, Baekhyun sama
sekali tidak tertawa. Namja itu kini tengah sibuk men-dribble bola
basket.
“Aigo~ kenapa mereka bertengkar terus? Apa kau tidak lelah menjadi sahabat dua orang itu?” Gerutu Hyosun pada Seulrin.
“Ahaha, Entahlah. Mungkin aku sudah kebal.” Jawabnya, sambil tertawa.
“eh?”
“Waeyo, Rin?” Heran Hyosun melihat mimik wajah Seulrin yang sepertinya sangat bingung sekarang.
Bukannya
menjawab pertanyaan Hyosun, Seulrin malah berlari meninggalkan Hyosun.
Yeoja itu menghampiri Baekhyun dan langsung menarik lengan namja itu
menjauh dari lapangan.
“Ya! Apa-apaan kau?” Tukas Baekhyun, karena tiba-tiba Seulrin menarik tangannya.
Seulrin memeriksa sekelilingnya. Memastikan tidak akan ada yang bisa mendengar percakapannya dengan Baekhyun.
“Kenapa perasaanku sekarang biasa-biasa saja?” Tanya Seulrin.
“Maksudmu?”
“Kenapa
saat melihat mereka berdua barusan, perasaanku biasa-biasa saja.
Biasanya 'kan, dadaku terasa sesak?” Tanya Seulrin, lagi.
Baekhyun
terdiam. Bukannya menjawab, namja itu malah mendekat ke arah Seulrin.
Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Seulrin yang lebih pendek darinya
itu.
“Itu artinya, kau sudah melupakan Taemin.”
Seulrin mengangkat kepalanya untuk menatap Baekhyun.
DEG!
Apa-apaan
ini? Kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat
wajah Baekhyun sekarang? Kenapa? Kenapa, Jantung Seulrin seperti ini,
saat melihat Baekhyun, sedang.. Tersenyum kepadanya?
Bukan. Senyum itu bukan senyum mengejek. Seulrin tau itu. Sangat tau. Senyum itu, senyuman tulus.
“Sudah
ya.” Ucap Baekhyun, dan sekali lagi menepuk bahu Seulrin pelan. Namja
itu langsung meninggalkan Seulrin yang kini mematung.
Setelah Baekhyun pergi, Seulrin memegang dadanya untuk memastikan seberapa cepat kah, jantungnya berdetak saat ini.
“Jangan bilang, kau menyukai Baekhyun, Hwa Seulrin..” Gumamnya pelan.
-To Be Continued-