Selasa, 20 November 2012

FF “I Think, I Love You(Sequel “Love?”)”

“I Think, I Love You(Sequel “Love?”)”


-1shoot-


Author : RSalsabilaR

Genre : Romance - School Life - Friendship

Main Casts :

- Hwa Seulrin (OC)

- Byun Baekhyun (EXO)

Support Casts :

- Choi Sungyoung (OC)

- Lee Taemin (SHINee)

Length : Twoshoot

Rate : General

Warning : CERITA PASARAN!

A/n : ff ini murni dari pemikiran author. Ga plagiat kesiapa-siapa. Kalau memang ada kesamaan cerita, itu hanya kebetulan. Karena cerita di ff ini bisa dibilang p-a-s-a-r-a-n. Terus, ff ini juga rada panjang. Makanya author jadiin twoshoot. Terus judul ff ini sama sekali ga nyambung sama ceritanya deh kayanya. Soalnya aku selalu susah nentuin judul ff. Hehe.

Oh ya, gomawo buat Christy eonni yang udh mau nge-post ff aku di blognya. Wkwk~



Copyrighted. ©RSalsabilaR 2012. All right reserved


***

—Author‘ POV



BRAKK!!!


Suara debaman pintu kelas yang dibuka dengan sangat keras, membuat Seulrin—yang sedang membaca buku Pengatahuan Sosialnya—menoleh ke arah pintu. Didapatinya sosok Sungyoung dengan wajah kusutnya. Sepertinya hanya ia yang menyadari kedatangan Sungyoung. Teman sekelas yang lain sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri.


“Kau kenapa?” Tanya Seulrin.


Sungyoung menarik sebuah bangku di depan Seulrin lalu mendudukan bokongnya, “Taemin, dia benar-benar menyebalkan!” Gerutunya.


Seulrin memutar bola matanya, “Kalian Bertengkar? Lagi?”


Sungyoung menganggukan kepalanya, pelan.


Oke, Belum genap sebulan Sungyoung berpacaran dengan Taemin, Tapi mereka sudah sangat-sangat sering bertengkar. Semua masalahnya hanya karena hal sepele. Yah, memang sih dari sebelum pacaran saja, mereka sudah sering bertengkar. Dan sudah pasti Seulrinlah yang membantu mereka menyelesaikan masalahnya.


Kali ini, Seulrin sama sekali tidak berniat menanyakan hal yang membuat mereka kembali bertengkar. Karena sudah pasti karena hal sepele. Itu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi oleh Seulrin.


Pandangan Seulrin sekarang sudah kembali ke arah buku pengetahuan sosialnya. Yeoja itu sudah sangat-sangat bosan dengan pertengkaran antara Sungyoung dan Taemin.


“Rin~~” Panggil Sungyoung.


Seulrin sama sekali tidak mempedulikan panggilan Sungyoung. Yeoja itu masih sibuk membaca bukunya atau lebih tepatnya berusaha menyibukan dirinya.


“Rin-ah~~” Panggil Sungyoung, Lagi.


Seulrin tau. Sangat tau. Panggilan seperti itu pasti akan berujung kepada permintaan Sungyoung. Permintaan tolong agar ia dan Taemin dapat berbaikan.


“Hwa Seulrin~”


Untuk kali ini saja, Seulrin memohon. Seulrin memohon agar Sungyoung tidak meminta dirinya untuk membantunya. Hal itu terlalu membuat hatinya sakit. Sangat sakit. Untuk kali ini, Seulrin sudah tidak bisa menahannya.


Tidak akan ada yang tau selain dirinya, bahwa selama ini, Seulrin selalu menahan rasa sakit dan berusaha sabar. Benar. Seulrin masih sangat menyukai Taemin. Sekali pun Taemin sudah menjadi Namjachingu Sungyoung.


“Maaf Sung, kali ini aku tidak bisa membantumu. Sekali saja kalian berbaikan tanpa bantuan dariku, bisa?” Tanya Seulrin, Akhirnya. Pandangan Seulrin masih tetap pada bukunya.


Belum sempat Sungyoung menjawab pertanyaan dari Seulrin, pintu kelas kembali terbuka. Kali ini, sosok Taeminlah yang muncul. Sama dengan halnya Sungyoung, Taemin pun datang dengan wajah kusut. Namja itu sempat mendelik ke arah Sungyoung sebelum ia duduk di bangku miliknya.


“Ya! Ya! Rin, Taemin sudah datang! Kalau kau tak membantuku, bukannya berbaikan, kami pasti malah tambah bertengkar! Soalnya sikap kami sama-sama keras kepala!” Ujar Sungyoung memohon sambil memasang puppy eyesnya.


Seulrin menghela nafasnya panjang. Yeoja itu menutup buku pengetahuan sosialnya lalu memasukannya ke dalam tas. “Kali ini saja, Kau harus bisa menyelesaikan masalahmu sendiri. Oke?”


Sungyoung sedikit mengerutkan keningnya karena sikap Seulrin yang sedikit berbeda dari biasanya, “Sepertinya kau sedang badmood ya, Rin?” Tanya Sungyoung.


“Bisa dibilang begitu.” Jawab Seulrin sambil tersenyum tipis. “Ah, Aku baru ingat kalau aku dipanggil Wan Woo Seonsaengnim. Aku ke ruang guru, ne?”


“Ng, Ne. Kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku.”


“Ne. Gomawo, Sung.” Ucapnya, sambil pergi meninggalkaan kelas dan Sungyoung yang masih sedikit bingung dengan sikap Sungyoung barusan.


***


Bohong besar kalau Seulrin bilang pada Sungyoung kalau ia pergi ke ruang guru untuk menemui Wan Woo Seonsangnim. Buktinya, kini ia berada di atap sekolah. Yeoja itu menyandarkan punggungnya pada tembok. Well, ini adalah kali pertama untuk Seulrin berdiam diri di atap sekolah.


“Huufffttt..”


Seulrin kembali menghela nafasnya panjang. Seulrin sudah berusaha menahan rasa sakitnya dari dulu. Lebih tepatnya saat mengetahui bahwa Sungyoung dan Taemin saling menyukai.


Selama itu, ia bisa menahan semuanya dengan cara selalu tersenyum pada dua orang itu saat mereka sedang bersama. Tapi kenapa kali ini ia tidak bisa menahannya? Apa sudah mencapai batasnya ia bisa bersabar menahan sakit dihatinya?


Yeoja itu kini bingung pada dirinya sendiri. Hey, bukan tindakan salah kan jika ia merelakan orang yang ia sukai pada sahabatnya sendiri, kan? Toh, mereka juga saling menyukai. Tidak seperti dirinya yang bertepuk sebelah tangan.


Melupakannya? Itu bukanlah hal mudah! Seulrin selalu berusaha untuk melupakan namja itu, tapi, itu sangat sulit baginya. Apalagi, ia memang sering berada di dekat namja itu. Sudah pasti sangat sulit.


Tuk.


“Eh?”


Seulrin tersadar dari lamunannya saat merasakan sebuah benda dingin menyentuh kulit pipi kanannya. Yeoja itu spontan menoleh ke arah kanannya. Didapatinya seorang namja dengan ekspresi datar tengah menyodorkan sekaleng minuman kaleng dingin padanya.


“Kau?”


“Tidak baik melamun di atap sekolah.” Ujar orang itu dengan nada datar.


“Yayaya, Terserah.” Tanggap Seulrin, sedikit acuh.


“Jadi kau menolak minuman dariku?” Tanya orang itu, masih dengan nada datarnya.


“Eh? Minuman ini untukku?”


Namja itu memutar bola matanya, “Ne. Kau pikir disini ada orang lain selain kita?”


“Ahh, Ne. Gomawo Baekhyun-ssi.” Ucap Seulrin, Akhirnya.


Seulrin langsung mengambil minuman kaleng yang masih berada ditangan namja itu dengan sedikit ragu.


Namja bernama Baekhyun itu langsung duduk di ubin sebelah Seulrin. Tangannya meraih sebuah iPod yang berada di kantung celana sekolah miliknya dan langsung memasang earphonenya ke telinga.


“Kau sengaja membelikan minuman untukku?” Tanya Seulrin, sambil berusaha membuka penutup minuman kaleng yang baru ia terima dari Baekhyun tersebut.


“Jangan terlalu percaya diri, Hwa Seulrin.” Ujarnya mencibir. “Tadinya minuman itu untukku. Tapi saat aku kesini, aku melihatmu sedang melamun. Jadi kuberikan saja untukmu.”


“Oh..” Tanggap Seulrin, “Ngomong-ngomong, kau sering ke atap sekolah?” Tanyanya lagi.


“Ne.” Jawab Baekhyun, datar.


Mendengar jawaban Baekhyun yang sangat datar, Seulrin tidak berniat lagi mengajak namja yang duduk disebelahnya itu untuk berbicara. Berapa kali pun Seulrin mengajukan pertanyaan, seorang Byun Baekhyun pasti akan menjawabnya dengan nada datar.


Seulrin sedikit tidak habis pikir dengan Taemin. Bagaimana mungkin Taemin bisa tahan dengan namja dingin seperti Baekhyun? Well, Baekhyun adalah sahabat Taemin dan Setaunya, Baekhyun mau sedikit banyak bicara hanya pada Taemin.


Drrrtt.. Drrrtt..


Seulrin meletakan minuman kalengnya saat merasakan ponselnya bergetar dari balik saku seragamnya. Pertanda ada pesan masuk. Tanpa banyak bicara, yeoja itu langsung meraih ponselnya lalu membuka pesan masuk tersebut.





    From : Sung~Young


Rin-ahh!
Aku sudah baikan dengan Taemin^^
Bukan dengan usaha sendiri sih, aku dibantu oleh Hyosun.
Kkk~~
Lain kali aku akan berusaha tidak bertengkar dengan Taemin.
Tadi saja aku bertengkar dengannya hanya karena es krim ><
Oh dan,
Aku harap mood-mu sudah membaik sekarang =D





Sedikit rasa sakit kembali muncul dihati Seulrin saat melihat isi pesan itu. Bisakah untuk hari ini saja, Sungyoung tidak menyebutkan nama Taemin padanya?


Eh? Kenapa sekarang ia terkesan tidak suka dengan hubungan Taemin dan Sungyoung? Harusnya dirinya senang jika dua orang yang ia sayangin juga senang, kan?


“Berhentilah melamun Hwa Seulrin.”


Sebuah ucapan dengan nada datar kembali sukses membuat Seulrin tersadar dari lamunannya. Yeoja itu melirik ke arah Baekhyun yang kini tengah memainkan PSP miliknya. Seulrin lupa bahwa sekarang ia tidak sendirian.


Seulrin mendengus pelan. “Itu bukan urusanmu Byun Baekhyun.” Tuturnya, sangat pelan.


Walau pelan, Baekhyun dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Seulrin. Namja itu melirik ke arah Seulrin, dilihatnya yeoja itu kini tengah meminum minuman kaleng darinya.


“Apa aku bodoh, ya?” Tanya Seulrin, pada dirinya sendiri. Sepertinya yeoja itu kembali lupa bahwa sekarang ia tidak sedang sendirian.


“Kau memang bodoh.” Jawab Baekhyun dengan nada dan ekspresi datarnya.


Seulrin membelakan matanya saat mendengar ucapan datar itu kembali. Sekarang ia kembali ingat, bahwa ia tidak sendirian.


“Ya! Apa-apaan kau mengatakan aku ini bodoh?!”


Baekhyun memutar bola matanya malas, “Tadi kau sendiri yang bertanya, kan? Ya aku jawab saja.” Tuturnya, masih dengan nada datar khasnya.


“Baiklah. Terserah kau. Aku sedang malas berdebat dengan siapa pun.” Ucap Seulrin, pasrah.


Baekhyun sedikit melirik ke arah Seulrin dengan pandangan yang masih terarah pada PSPnya, namja itu memperhatikan gerak-gerik Seulrin yang kini tengah meminum kembali minuman kalengnya.


“Kau menyukai Taemin?”


“UHUKK! UHUKK!”


Baekhyun menghentikan acara bermain PSPnya dan langsung menoleh pada Seulrin dan sudah pasti suara tersedak barusan berasal dari Seulrin yang kini tengah menepuk-nepuk dadanya sendiri. Melihat reaksi dari Seulrin, namja itu sangat yakin bahwa tebakannya tidak meleset.


“Ya! Apa yang kau bicarakan, hah?!” Sungut Seulrin, kesal.


“Kau menyukai Taemin?” Tanya Baekhyun, lagi.


“Apa maksudmu? Aku tak mungkin menyukai Taemin! Dia itu namjachingu Sungyoung!” Jawab Seulrin, sedikit ketus.


Baekhyun menatap Seulrin dengan pandangan datarnya, “Hwa Seulrin, Kau tidak akan bisa berbohong padaku. Kau pikir aku ini bodoh sepertimu?”


Bah.. Seulrin terdiam. Sama sekali tidak mampu membalas perkataan Baekhyun. Bagaimana Baekhyun bisa tau hal itu? Bukankah selama ini ia tidak pernah memberi tahu soal perasaannya pada Taemin pada siapa pun?


“Walau pun kau bisa menutupi perasaanmu itu di depan Sungyoung dan yang lainnya, aku bisa tau perasaanmu pada Taemin.” Ujar baekhyun, “Terlihat jelas dari matamu. Aku memang tidak memperhatikanmu, tapi beberapa kali aku melihat matamu menunjukan perasaan sakit setiap kali Sungyoung bercerita soal Taemin.”


“Kau memendam perasaan sakitmu sendiri tanpa menceritakannya pada siapa pun. Hal itu membuat rasa sakitmu menjadi berkali-kali lipat.” Lanjut Baekhyun.


Seulrin kini tercengang. Bukan hanya karena Baekhyun yang terkenal dengan sikap dinginnya bisa berbicara sebanyak itu padanya. Tapi, Kenapa? kenapa, Baekhyun bisa tau? Padahal selama ini ia selalu berusaha agar tidak ada tau pun orang bisa mengetahui perasaannya.  Dan, Baekhyun bisa tau perasaannya hanya dengan melihat matanya. Yah, Walaupun Baekhyun mengatakan itu semua masih dengan nada datarnya.


Baekhyun mengalihkan pandanganya dari Seulrin. kini ia bingung. Kenapa dirinya bisa berbicara sebanyak itu pada Seulrin? Kalau dipikir-pikir, mungkin ini adalah pertama kalinya ia berbicara sebanyak itu pada seseorang di sekolah. Selain Taemin tentunya.


“Sekarang.. Aku takut.” Ucap Seulrin, sangat-sangat pelan.


Baekhyun kembali menoleh pada Seulrin.


“Aku takut.. Takut Karena perasaan ini, aku akan menghancurkan hubungan mereka.” Lanjut Seulrin, hampir seperti berbisik.


Tapi, suara bisikan itu masih dapat didengar kembali oleh Baekhyun.


Terlalu banyak pertanyaan yang muncul diotaknya. Yeoja itu menundukan kepalanya, manatap lantai atap. Takut? Ya. Yeoja itu takut, perasaan sukanya itu, menimbulkan rasa ingin menghancurkan hubungan dua orang yang ia sayangi itu.


Setelah mengucapkan kata-kata itu, Seulrin benar-benar bingung sekarang. Seulrin bukanlah tipe orang yang mudah percaya pada seseorang. Tapi kenapa dia bisa dengan mudahnya mengatakan hal itu pada Baekhyun yang notabenya tidak dekat dengannya?


Diam. Kini dua orang itu hanya terdiam. Membiarkan semilir-semilir angin di atap sekolah menerpa wajah mereka. Baekhyun hanya memandang datar Seulrin. Sedangkan Seulrin, yeoja itu masih menundukan kepalanya.


KRING!!!


Bel pertanda dimulainya kembali pelajaran menggema di seluruh penjuru sekolah. Baekhyun langsung berdiri dari posisi duduknya. Namja itu memandang Seulrin yang masih duduk dan menundukan kepalanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa yeoja itu akan berdiri.


“Kau tidak akan ke kelas?” Tanyanya.


Seulrin menggelengkan kepalanya, masih dengan posisi kepala menunduk.


“Baiklah. Aku akan bilang pada guru kalau kondisi badanmu sedang tidak baik dan kau sedang berada di UKS.” Ujar Baekhyun, langsung pergi meninggalkan atap tanpa menunggu jawaban dari Seulrin.


Seulrin mulai mengangkat kepalanya saat sudah yakin bahwa Baekhyun sudah pergi. Kini, muncul lagi satu pertanyaan di otaknya.


Kenapa Baekhyun bisa sebaik itu padanya?



***


Baekhyun membuka pintu kelasnya perlahan. Ribut. Itulah suasana kelasnya saat ini. Rupanya Jung Seonsaengnim—Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SM Senior High School—belum datang. Pantas saja kelasnya masih ribut seperti ini.


Baekhyun mengahampiri tempat duduknya. Kejadian di atap barusan benar-benar membuatnya bingung. Oke, Walaupun Baekhyun adalah namja yang dingin, tapi ia jelas masih punya hati. Tapi bukan berarti Baekhyun bisa berbaik hati pada semua orang. Ia hanya bisa berbaik hati pada orang yang benar-benar ia percaya.


Pertanyaannya adalah: Kenapa ia bisa sepeduli itu pada Seulrin? Hubungannya dengan Seulrin 'kan hanya sekedar kenal dan mereka pun tidak pernah saling bercakap di kelas. Itu berarti, Barusan adalah kali pertama mereka bercakap-cakap.


“Ya? Kenapa Seulrin belum juga kembali ke kelas?”


Baekhyun sedikit menoleh pada pemilik suara barusan. Benar. Sudah pasti itu suara milik Sungyoung yang kini nampak sedang memandangi layar ponselnya. Sungyoung duduk tepat disampingnya, sudah pasti suara yeoja itu terdengar jelas oleh Baekhyun.


“Apa dia mau bolos ya? Pesanku juga tidak dibalas. Seburuk itu kah moodnya saat ini?” Ucap Sungyoung, Lagi.


Taemin yang saat itu akan menghampiri Baekhyun, tentu mendengar juga ucapan Sungyoung. “Setauku, seburuk apapun mood anak itu, dia tidak pernah sampai tidak membalas pesan. Apalagi sampai membolos.” Timbrungnya.


“Ng, tapi, kulihat Moodnya memang agak jelek akhir-akhir ini. Aku sering melihatnya murung atau melamun.” Tambah Hyosun—teman sebangku Sungyoung.


“Memang sih.” Ucap Sungyoung dan Taemin bersamaan.


Taemin—yang tadinya akan menghampiri Baekhyun tapi malah menimbrung obrolan Sungyoung—kembali menghampiri Baekhyun. Namja itu langsung duduk di bangkunya yang memang sebangku dengan Baekhyun.


“Baekki, apa kau melihat Seulrin?”


“Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu, Lee Taemin.” Ujarnya, dingin.


Bukannya merasa takut atau semacamnya, Taemin justru terkekeh pelan, “Baiklah. Baekhyun-ah, apa kau melihat Hwa Seulrin? Eh tunggu, untuk apa coba aku bertanya padamu? Mana mungkin kau tau kemana anak itu.” Bingungnya. 


“Dia sedang berada di UKS. Kondisi tubuhnya sedang buruk.” Jawab Baekhyun, dengan ekspresi datar.


Mendegar itu, Sungyoung langsung menghampiri Bangku Baekhyun. Sedikit heran juga, kenapa Baekhyun bisa tau keberadaan Seulrin sedangkan dirinya tidak. Begitu pula dengan Taemin. Bukankah sahabatnya itu tipe orang yang tidak pedulian?


“Bagaimana kau bisa tau?” Tanya Taemin dan Sungyoung, kembali bersamaan.


“Tadi aku bertemu dengannya di koridor sekolah. Ia meminta tolong padaku untuk memberitahu pada guru bahwa ia sedang sakit.” Jelasnya, singkat dan pastinya bohong.


“Aih, kenapa anak itu tidak bilang padaku?” Gerutu Sungyoung, khawatir.


Tanpa banyak ba-bi-bu, Sungyoung bergegas pergi dari kelasnya itu menuju UKS. Diikuti oleh Taemin. Baekhyun sedikit bingung juga. Bagaimana kalau dua orang itu ke UKS tapi ternyata Seulrin tidak ada disana? Karena jelas-jelas Seulrin berada di Atap sekolah.


Baru saja, Sungyoung membuka pintu kelasnya, Nampaklah sosok Jung Seonsangnim sudah berada tapat dihadapannya.


***


KRIING!!!


Bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran terdengar hampir ke seluruh pelosok sekolah. Termasuk ruang UKS yang kini sangatlah sepi. Hanya ada seorang yeoja yang sama sekali tak terusik oleh bel sekolah disana. Yeoja itu kini tengah duduk di salah satu kasur UKS.


Seulrin memandangi layar ponselnya. Dua pesan masuk. Dua dari Sungyoung dan satu dari Taemin. Yeoja itu sama sekali tidak memiliki niat untuk membuka isi-isi pesan tersebut.


“Bodoh.”


Seulrin tersentak kaget saat mendengar sebuah suara datar tersebut. Tanpa banyak basa-basi, yeoja itu langsung menoleh kearah pintu UKS—karena ia yakin suara itu berasal dari sana.


Buk!


Baru saja Seulrin menoleh, sebuah benda yang diyakini Seulrin adalah tas miliknya, Mendarat dengan sempurna tepat diwajahnya.


“Ya! Apa-apaan kau, Byun Baekhyun?!” Pekik Seulrin, kesal. Bagaimana tidak kesal? Namja itu sudah mengatakan dirinya bodoh dan sekarang ia melemparkan tas miliknya tepat ke wajahnya.


“Kau tau? Kau sangat menyusahkan. Kenapa kau malah diam terus disini bukannya mengambil tasmu? Dan parahnya, tadi aku mencarimu ke atap.” Omel Baekhyun, dengan nada yang sangat dingin.


“Aku kan tidak memintamu untuk membawakan tasku? Kenapa kau malah membawakannya!?” Sungut Seulrin, tidak mau kalah.


Baekhyun merdecak kesal, “Kalau tidak dipaksa sahabatmu itu, aku tidak mungkin membawakan tasmu, babo!”


Seulrin mengkerutkan alisnya, bingung. “Maksudmu Sungyoung?” Tanyanya.


“Memangnya siapa lagi?”


“Lalu sekarang dia kemana?” Bukannya menjawab pertanyaan Baekhyun, Seulrin malah balik bertanya. Yeoja itu sedikit bingung. Kenapa tidak Sungyoung saja yang mengantarkan tasnya? Apa sahabatnyya itu tidak mau pulang bersamanya? Kenapa juga ia malah menyuruh Baekhyun.


“Dia pergi dengan Taemin. Katanya sih, mau pergi ke Lotte World.” Jawabnya, sambil duduk disalah satu kursi yang berada di ruang itu.


Seulrin terdiam. Hatinya kembali terasa sakit. Se-nomor satu itukah Taemin sampai dirinya yang sudah menjadi Sahabat Sungyoung sejak kecil tidak dijenguk sama sekali? Oke, Seulrin memang tidak sakit. Ia hanyaa pura-pura sakit agar tidak mengikuti pelajaran. Tapi, setidaknya Sungyoung menjenguknya, kan? Terlebih lagi mereka pulang sekolah bersama.


Cemburu. Benar. Kini Seulrin mengakui bahwa dirinya cemburu pada dua orang itu. Tidak ada yang bisa ia bantah lagi. Bukan hanya karena orang yang ia sukai telah menjadi namjachingu sahabatnya saja. Tapi kini, sahabatnya itu, lebih mementingkan Taemin dari pada dirinya.


“Aku yang mengatakan padanya bahwa kau sakit. Karena itulah aku yang disuruh olehnya untuk mengatarkan tasmu.” Lanjutnya, dengan nada yang sudah pastinya datar.


Merasa ucapannya tidak ditanggapi oleh Seulrin, Baekhyun menoleh pada yeoja itu. Kini, Seulrin tengah menundukan kepalanya, menatap lantai ruang UKS sambil mengayun-ngayunkan kakinya hingga sesekali menyentuh besi kasur UKS. (Ngerti ga? Susah ngejelasinnya -_-)


Kini Baekhyun diliputi rasa bersalah. Tidak seharusnya ia menceritakan alasan sebenarnya Sungyoung tidak mengantarkan tas milik Seulrin sendiri. Berbohong demi kebaikan tidak apa, kan?


“Mianhae.” Ucap Baekhyun.


Seulrin mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Baekhyun bingung. “Untuk apa?”


Baekhyun terdiam. Kenapa ia bisa sepeduli ini pada yeoja dihadapannya ini? Kenapa?


“Baekhyun-ssi?” Tanya Seulrin, lagi.


Baekhyun tersadar dari lamunannya, “Ani.” Ucapnya, dengan nada datarnya. “Aku pulang duluan.” Baekhyun bangun dari posisi duduknya dan langsung meninggalkan Seulrin sendirian di ruang UKS.


Seiring dengan kepergian namja dingin itu, Bayangan sosok Sungyoung dan Taemin kembali muncul di benaknya. Seulrin mengacak rambutnya, kesal dan frustasi.


“Tuhan.. Tolong bantu aku melupakan Taemin. Aku tak mau, perasaan ini merusak hubungan Sungyoung dan Taemin.”


***


Seminggu setelah kejadian itu, Seulrin lebih sering sendirian. Yeoja itu selalu menghindari Taemin dan Sungyoung. Beberapa kali dua orang itu mengajak Seulrin untuk main bersama, tapi, Seulrin selalu menolaknya dengan berbagai alasan.


Dan, tentu saja alasan yang seulrin lontarkan kepada Sungyoung dan Taemin adalah kebohongan. Karena alasan sebenarnya sudah pasti, ia tak mau rasa sakitnya makin melebar dengan melihat dua orang itu bersama. Well, walaupun ia diajak, sudah pasti ia akan berjalan sendiri dan dibelakang. Terbukti dengan jarangnya ia melihat dua orang itu, rasa sakitnya jarang muncul.


“Kau tau, dua orang itu bingung dengan sikapmu sekarang yang selalu menghindari mereka.” Ucap Baekhyun, yang pasti dengan nada datar khasnya. Namja itu kini tengah sibuk dengan novel yang ia baca.


Seulrin yang tengah membaca sebuah buku ensiklopedia, menoleh ke arah Baekhyun. “Biarlah.” Ucapnya seraya tersenyum tipis.


Well, Sejak kejadian itu juga, Seulrin dan Baekhyun sering menghabiskan waktu mereka berdua di sekolah. Itu jelas bukan kemauan Baekhyun. Karena Baekhyun lebih suka sendirian. Tapi, Seulrin selalu mendekatinya karena, hanya Baekhyunlah yang tau soal perasaannya saat ini.


“Huh, tapi kau menyusahkanku.” Ujarnya, dingin.


“Ya! Apa kau tidak punya ekpresi dan nada selain dingin dan datar?” Aku sudah bosan melihatmu selalu berbicara dengan ekpresi yang itu-itu saja.” Omel Seulrin.


Memang. Walaupun sudah cukup banyak Seulrin dan Baekhyun saling bercakap, Tapi ekspresi Baekhyun selalu datar atau dingin. Pernah sih, namja dingin itu tersenyum, tapi itu pun hanya senyum mengejek. Dan mungkin ekspresi lainnya hanyalah ekpresi kesal.


“Kau benar-benar berisik, Hwa Seulrin!” Tukas Baekhyun, dengan pandangan yang tidak lepas dari novelnya itu.


Seulrin mempoutkan bibirnya kesal. Tak ada niatan untuk membalas ucapan Baekhyun barusan. Mungkin Baekhyun memang terlahir hanya dengan ekpresi yang itu-itu saja. Itulah yang ada dipikiran Seulrin.


Entah kenapa, walaupun Baekhyun selalu bersikap dingin padanya, Seulrin selalu merasa nyaman bila berada di dekat Baekhyun. Dan, setiap ia berada di dekat namja dingin itu, bayangan Taemin seakan lenyap dan tak pernah muncul.


***


“Lepaskan bola itu, Taemin!”


“Mwo? Aku lebih dulu mengambil bola ini dari pada kau!”


“Aku yang lebih dulu! Cepat berikan bola itu!”


“Tidak! Kau ambil saja bola basket yang lain! Lihat, bola basket sekolah kita kan masih banyak!”


“Tapi aku maunya yang ini!”


“Aku juga maunya yang ini!”


“Sebaiknya kau mengalah padaku, Lee Taemin!”


“Tidak akan pernah Choi, Sungyoung!”


Semua siswa yang saat itu tengah berada di lapangan menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat tingkah couple yang tidak pernah akur itu. Saat ini, pelajaran olahraga dan Choi Seonsaengnim tidak ada karena guru itu ada urusan mendadak. Jadi, Seluruh siswa kelas 8-B bebas melakukan olahraga apapun.


Dan kini, Sungyoung dan Taemin sedang berebut sebuah bola basket. Padahal jelas-jelas bola basket masih ada sangat banyak. Tapi mereka memperebutkan sebuah bola basket dengan alasan yang tidak jelas.


“Ng, lebih adil, jika kalian berdua tidak menggunakan bola ini dan mencari yang lain.” Ucap Hyosung, berusaha melerai couple itu.


Kedua orang itu menoleh bersamaan, “TAPI AKU MAUNYA BOLA YANG INI, HYOSUN-AH!” Jawab mereka berdua serempak dan langsung kembali melanjutkan aktifitas adu mulut mereka sambil saling melemparkan batu-batu kerikil yang entah dimana. Kalian tanya kemana bola yang mereka perebutkan? Kini bolanya hanya tergelak dilapangan.


Hyosun tercengang. Yeoja itu langsung mengurungkan niatnya untuk kembali melerai dua orang itu. Sudah pasti akan sulit. Membuat dua orang itu akur karena masalah seminggu yang lalu saja sangat sulit.


Sedangkan teman sekelas yang lainnya hanya tertawa-tawa. Termasuk Seulrin. Ah, tentu saja, Baekhyun sama sekali tidak tertawa. Namja itu kini tengah sibuk men-dribble bola basket.


“Aigo~ kenapa mereka bertengkar terus? Apa kau tidak lelah menjadi sahabat dua orang itu?” Gerutu Hyosun pada Seulrin.


“Ahaha, Entahlah. Mungkin aku sudah kebal.” Jawabnya, sambil tertawa.


“eh?”


“Waeyo, Rin?” Heran Hyosun melihat mimik wajah Seulrin yang sepertinya sangat bingung sekarang.


Bukannya menjawab pertanyaan Hyosun, Seulrin malah berlari meninggalkan Hyosun. Yeoja itu menghampiri Baekhyun dan langsung menarik lengan namja itu menjauh dari lapangan.


“Ya! Apa-apaan kau?” Tukas Baekhyun, karena tiba-tiba Seulrin menarik tangannya.


Seulrin memeriksa sekelilingnya. Memastikan tidak akan ada yang bisa mendengar percakapannya dengan Baekhyun.


“Kenapa perasaanku sekarang biasa-biasa saja?” Tanya Seulrin.


“Maksudmu?”


“Kenapa saat melihat mereka berdua barusan, perasaanku biasa-biasa saja. Biasanya 'kan, dadaku terasa sesak?” Tanya Seulrin, lagi.


Baekhyun terdiam. Bukannya menjawab, namja itu malah mendekat ke arah Seulrin. Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Seulrin yang lebih pendek darinya itu.


“Itu artinya, kau sudah melupakan Taemin.”


Seulrin mengangkat kepalanya untuk menatap Baekhyun.

DEG!


Apa-apaan ini? Kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat wajah Baekhyun sekarang? Kenapa? Kenapa, Jantung Seulrin seperti ini, saat melihat Baekhyun, sedang.. Tersenyum kepadanya?


Bukan. Senyum itu bukan senyum mengejek. Seulrin tau itu. Sangat tau. Senyum itu, senyuman tulus.


“Sudah ya.” Ucap Baekhyun, dan sekali lagi menepuk bahu Seulrin pelan. Namja itu langsung meninggalkan Seulrin yang kini mematung.


Setelah Baekhyun pergi, Seulrin memegang dadanya untuk memastikan seberapa cepat kah, jantungnya berdetak saat ini.


“Jangan bilang, kau menyukai Baekhyun, Hwa Seulrin..” Gumamnya pelan.



-To Be Continued-

2 komentar:

  1. Ceritanya bagus
    Sangat bagus
    Meskipun ada beberapa kata yang membingungkan,tapi ceritanya sangat menarik
    kalau ada lanjutannya,tolong info ke aku,ya
    gomawo
    GBU
    ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ne, cheonma ^_^ tapi untuk kelanjutannya aku belum tau

      Hapus